07 March 2015

PENCITRAAN, Perlukah?


Pencitraan oleh Jokowi dan Bu Risma
Pencitraan, berasal dari kata dasar citra. Menurut KBBI citra:
kl 1 n rupa; gambar; gambaran ; kl 2 n gambaran yg dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk ; kl 3 n kesan mental atau bayangan visual yg ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yg khas dl karya prosa dan puisi ; kl 4 n data atau infor-masi dr potret udara untuk bahan evaluasi ; -- politik Pol 1 gambaran diri yg ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat
cit.ra.an n Sas 1 cara membentuk citra mental pribadi, atau gambaran sesuatu
Akhir-akhir ini pencitraan seringkali dikaitkan dengan seorang tokoh terutama pada masa-masa kampanye baik itu pilkada, pileg, pilgub, maupun pilpres. Dan, istilah pencitraan seringkali dinilai sebagai hal/upaya negatif oleh orang lain. Namun apakah perlu pencitraan itu? Apakah melakukan pencitraan itu suatu hal yang negatif?

23 June 2011

Melankolis dan Melow, Keduanya Berbeda!

Hari ini saya membaca koran yang tidak bisa saya sebutkan koran apa itu, yang sedang mengulas informasi seputar “cowok melankolis“. Dalam awal pembahasannya, saya lihat penulis dari koran itu sepertinya memahami apa yang dimaksud dengan Sanguis, Melakolis, Koleris dan Plagmatis. Dan dalam penjelasan seputar keempat sifat tersebut, sudah sangat cocok dengan apa yang saya pahami sekarang ini. Namun saya menjadi terkejut setelah membaca tulisan-tulisan selanjutnya perihal komentar dari para korespondensi yang mengomentari karakter cowok melankolis.
Komentar-komentar tersebut menurut saya sama sekali tidak pas dengan istilah COWOK MELANKOLIS. Anehnya, masih juga dipublikasikan oleh pihak koran. Saya jadi curiga, apakah mereka [editor koran tersebut] memahami arti dari melankolis ataukah tidak? Mempublikasikan komentar yang tidak sesuai dengan tema bukankah akan meyebabkan istilah “melankolis” menjadi rancu?
Dari tulisan yang saya baca, isi cerita dari koran tersebut dominan ke arah merendahkan sifat “melankolis”, menceritakan kekurangannya tanpa memberitahukan kebaikan dan kelebihannya. Bahkan salah satu korespondensi bertutur, “Melankolis, Gak Bangeet..!“, dengan kata-kata seolah dia memahami apa itu arti melankolis, padahal ilmunya seputar “melankolis” NOL BESAR.
Kemudian mereka para korespondensi juga berkata bahwa cowok melankolis identik dengan: pemimpi, jadul, lemah jiwanya, lembek, cengeng, sifatnya kayak cewe dan yang lebih extreem lagi ada yang bilang metroseksual [hei para cowo melankolis, setuju tidak dengan pendapat tersebut?]. Padahal sebenarnya itu bukanlah istilah dari cowo melankolis. Kalau cowo melow sih mungkin iya, namun dalam tanda kutip, “supeeer melow and extreem melow“.
Bukannya saya sok tahu, namun kecewa saja dengan ulasan yang ada dihalaman koran tersebut. Karena tulisan tersebut sangat merendahkan kepribadian melankolis. Mereka yang dangkal ilmunya diwawancarai dan hasil wawancara begitu mudahnya dipublikasikan tanpa adanya proses editing. Namun anehnya, mereka sama sekali tidak mewawancarai cowo yang memiliki sifat melankolis, bukankah tema utama dari koran tersebut adalah cowok melankolis? Apakah saat ini kita berada di zaman dimana “artis lebih dipercaya ketimbang para ilmuwan“? Enggak khan..
Dulu, pertama kali saya mengenal kata melankolis, saya juga mengira bahwa “melankolis” adalah “melow“. Namun kenyataannya itu sama sekali tidaklah benar. Melankolis adalah sebuah “kata yang bertajuk sebagai sifat” dimana bisa digabungkan dengan kata sifat, contoh “sifat cowo itu melankolis“. Sedangkan melow adalah “kata yang bertajuk sebagai kata kerja” dan sama sekali tidak dapat disatukan dengan kata sifat, contoh : “sifat cowo itu melow“, gak nyambung coy. Kata melow justru lebih cocok jika digabungkan dengan kata-kata yang berkonotasi pekerjaan, contoh : “dikit-dikit melow, dikit-dikit melow, ada film sedih melow, wah.. gak keren lu. Lupain masa lalu dunk, hiduplah dengan harapan baru“. Gimana, pas khan?
Lantas bagaimana cara memahami dengan benar pengertian melankolis? Wah, kalau membahas seputar itu nantinya tulisan saya ini akan menjadi super puanjang, alangkah baiknya jika saya berikan tautan artikel. Dan supaya lebih mudahnya memahami, baca artikel berikut :

20 June 2011

EVALUASI KEBIJAKAN PENANGANAN BANJIR DI KABUPATEN SAMPANG DENGAN METODE HUBUNGAN STATE-PRESSURE-RESPONSE.

PENDAHULUAN
Kali Kemuning yang mengalir melintasi daerah perkotaan Sampang seringkali menjadi bencana bagi masyarakat ketika musim hujan tiba. Bencana yang terjadi adalah bencana banjir dimana setiap tahun selalu terjadi banjir walaupun tidak terlalu besar namun cukup mengganggu aktivitas masyarakat. Tercatat pada tahun 2011 terjadi dua kali banjir yang cukup besar yaitu pada 3 Januari dan 4 Mei (www.antaranews.com).
Secara topografi Kabupaten Sampang terdiri atas bentangan perbukitan, ketinggian tempat antara 0-300 m dpl dan kemiringan lereng rata-rata antara 2 – 25 %. Topografi seperti ini sangat mendukung terjadinya proses erosi tanah yang pada intinya membawa sedimensedimen dari bagian atas yang pada akhirnya sedimentasi tersebut diendapkan di aliran-aliran sungai dan menyebabkan pendangkalan sungai sehingga daya tampung sungai akan air hujan yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya banjir.
Terjadinya banjir di Kabupaten Sampang, disamping karena topografi juga karena keadaan lingkungan alam yang tidak mendukung proses siklus hidrologi atau proses perputaran air di permukaan bumi. Masing-masing factor saling terkait dan mendukung terjadinya banjir. Hutan yang kebanyakan sudah ditebang tanpa tebang pilih, pencurian kayu hutan akan menyebabkan terjadinya hutan gundul yang berkibat pada terjadinya lahan kritis dan percepatan erosi (BLH Kab. Sampang).
Melihat kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Sampang melakukan beberapa kebijakan untuk menanggulangi permasalahan banjir yang terjadi. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan kebijakan yang dilakukan maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap kebijakan tersebut.

METODE EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan adalah untuk melihat keberhasilan kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah banjir sehingga evaluasi yang digunakan bersifat ex-post evaluation.
Tahapan yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah memlihat state-pressure-respon terhadap banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang serta melihat dampak yang terjadi setelah pelaksanaan kebijakan sehingga diperoleh penilaian terhadap keberhasilan kebijakan tersebut.

State-Pressure-Respon
Model State-Pressure-Respon (STR) pada awalnya dikembangkan oleh OECD dalam merumuskan laporan dan kebijakan-kebijakan lingkungan. Model ini mempertimbangkan bahwa kegiatan-kegiatan manusia memberikan Tekanan (Pressure) terhadap lingkungan dan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumberdaya alam (State); kemudian masyarakat atau pemerintah merespon perubahan-perubahan yang terjadi melalui kebijakan-kebijakan lingkungan, ekonomi dan sektoral dan melalui perubahan kesadaran dan perilaku (response)
Model Status-Tekanan-Respon (SPR) menyoroti hubungan sebab-akibat dari aspek-aspek tersebut, dan membantu para pembuat keputusan serta masyarakat memahami bahwa isu lingkungan, ekonomi dan lainnya saling terkait. Model ini menyediakan cara memilih dan mengorganisasikan indikator-indikator (atau status dari laporan lingkungan) yang bermanfaat bagi pembuat keputusan dan masyarakat, dan untuk memastikan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan.

·         Pressure
Tekanan lingkungan menggambarkan tekanan dari kegiatan-kegiatan manusia terhadap lingkungan, termasuk sumberdaya alam. Dalam hal ini “tekanan” mencakup tekanan-tekanan tidak langsung (misalnya: pertumbuhan penduduk atau kebijakan pemerintah tentang pembukaan lahan pertanian) dan tekanan-tekanan langsung (misalnya: pemanfaatan sumberdaya atau pembuangan limbah dan polutan). Indikator-indikator tekanan lingklungan terkait erat dengan pola konsumsi dan produksi yang seringkali merefleksikan intensitas penggunaan sumberdaya dan emisi yang disertai dengan kecenderungan-kecenderungan/tren yang berkaitan dan perubahan-perubahan pada suatu periode tertentu. Indikator-indikator itu dapat digunakan untuk memperlihatkan perkembangan dalam menggabungkan kegiatan ekonomi dari tekanan lingkungan yang terkait, atau dalam pencapaian tujuan nasional dan komitmen internasional (misalnya target pengurangan emisi)
·         State
Kondisi-kondisi lingkungan berkaitan dengan kualitas lingkungan serta kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Mereka mencerminkan tujuan akhir dari kebijakan lingkungan. Indikator-indikator kualitas lingkungan dirancang untuk memberikan tinjauan status lingkungan dan perkembangannya sepanjang waktu. Contoh-contoh dari indikator lingkungan adalah: konsentrasi polutan dalam media lingkungan, kualitas lingkungan yang terdegradasi dan akibatnya terhadap kesehatan, status satwa liar dan ekosistem atau cadangan sumberdaya alam. Dalam praktiknya, pengukuran kondisi lingkungan seringkali tidak mudah dan mahal. Oleh karena itu, tekanan lingkungan seringkali menjadi pilihan, tetapi bukan merupakan substitusi. 
·         Response
Respon kemasyarakatan menunjukkan seberapa besar respon masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha terhadap masalah lingkungan. Ini mengacu pada aksi dan reaksi yang dilakukan secara perorangan dan bersama, yang ditujukan untuk:
-          memitigasi, mengadaptasi atau mencegah pengaruh negatif manusia terhadap lingkungan;
-          mencegah atau memulihkan kerusakan lingkungan yang telah terjadi
-          melindungi (preserve) dan mengkonservasi alam dan sumberdaya alam.
 
MODEL STATUS-TEKANAN-RESPON (STATE-PRESSURE-RESPONSE)
Sumber: Dimodifikasi dari OECD (2003)

Dalam evaluasi ini respon dari pemerintah merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah banjir. Selanjutnya respon ini akan menjadi pressure/tekanan baru yang memberikan dampak dari kebijakan yang dilakukan sehingga dapat dilakukan penilaian keberhasilan program yang selanjutnya dapat menjadi masukan untuk perbaikan kebijakan/respon dengan demikian telah terjadi siklus State-Pressure-Respon.

PEMBAHASAN
Kebijakan yang dievaluasi adalah kebijakan yang dilakasanakan dari pertengahan tahun 2009. Sehingga dapat dilihat dampak kebijakan pada tahun 2010 hingga pertengahan 2011. Adapun State-Pressure-Respon awal yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

08 April 2011

MAMAN, SUKSES KARENA BERAMAL

Pagi itu, udara dingin masih berhembus menusuk hingga terasa ditulang. Matahari belum muncul menyapa Kota Surabaya. Masih terlihat kabut pagi di lahan kosong yang biasanya menjadi tempat bermain sepak bola bagi anak-anak kampung jika sore hari tiba. Belum banyak terlihat aktivitas yang terlihat di kampung yang sebagian besar pemilik rumah menjadikannya sebagai tempat kos-kosan. Hanya terlihat beberapa ibu-ibu yang menyiapkan jualannya untuk di bawa ke pasar. Sedangkan sebagian besar yang lain masih terlelap berbaring di tempat tidurnya masing-masing.
Berbeda dengan sebuah kamar kos kecil yang ukurannya tidak lebih dari 2x3 meter. Terlihat seorang pemuda yang telah rapi untuk melakukan aktivitas tak mau kalah dengan ibu-ibu yang akan pergi ke pasar. Dialah Rahmad Sulaiman atau yang lebih sering dipanggil Maman yang setelah sholat subuh dan mengaji beberapa lembar Al Quran langsung mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas. Pagi itu menunjukkan pukul 04.30 dia sudah siap dengan membawa tas berisi diktat-diktat dan catatan kuliah serta sepeda tua yang biasa dia pakai. Bukan untuk berangkat kuliah Maman berangkat sepagi itu. Tapi setiap pagi sebelum kuliah dia bekerja sebagai loper koran yang mengantarkan koran ke tiap-tiap rumah pelanggan dan setelah menyelesaikan tugasnya dia langsung berangkat ke kampus.
“Bismillahirrohmanirrohim.”, ucap Maman sebelem mengayuh sepedenya untuk berangkat ke agen koran tempat dia bekerja.
Tidak sampai lima menit dari tempat kosnya, Maman sudah berada di agen koran tempat dia bekerja.
“Assalamualaikum, Mas Ali”, salam serta sapa Maman kepada Mas Ali pemilik agen koran tersebut.
“Waalaikumsalam”. Jawab Mas Ali.
“Wah, hari ini kamu datangnya lebih awal daripada kemarin.”, ujar Mas Ali.
“Ya haruslah. Mas. Setiap hari kita harus berusaha lebih baik dari hari kemarin agar tidak menjadi golongan orang yang merugi.”, jawab Maman.
“Klo saya punya pegawai seperti kamu dijamin makin laris jualan koran saya karena pelanggan puas dengan kinerja kamu.”, puji Mas Ali kepada Maman.
“Mas Ali ini bisa aj deh. Rejeki setiap orang telah Alloh tentukan dengan pas, tidak akan pernah lebih atau kurang sedikit pun.”, kilah Maman.
“Oia, mana Mas jatah koran saya hari ini?”
“Nih udah saya siapkan, trus ada satu tambahan pelanggan lagi di Jalan Mulyosari No. 36”, jelas Mas Ali.
“Oke sip mas.”
“Siap dilaksanakan.”
Maman pun menaruh tumpukan koran yang akan dia antar ke setiap pelanggan di atas stang sepedanya dan langsung bersiap-siap untuk mengantarnkannya.
“Saya berangkat ya, Mas.”
“Wassalamualaikum”, salam Maman.
“Waalaikumsalam.”, jawab Mas Ali.
Sepeda tua itupun dikayuh oleh Maman dan mulai menghilang dari pandangan Mas Ali. Setiap hari, Maman harus mengantarkan 21 koran ke setiap pelanggan Mas Ali. Satu persatu  dia antarkan koran itu. Ketika pelanggan koran itu ada di depan rumah, tidak segan-segan Maman untuk menyapanya. Kurang lebih satu jam sejak dia berangkat, koran terakhir telah dia antarkan ke pelanggan. Kini, Maman telah menyelesaikan tugasnya dan langsung berangkat ke kampusnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Seperti biasa, karena memang masih pukul 6.30 dan jadwal kuliah hari ini mulai pukul 08.00, Maman selalu mampir ke Masjid Manarul Ilmi ITS

17 January 2011

HASAN, PEMILIK BIDADARI SURGA

Kemudian aku sampai di depan rumah sahabat lama ku itu. Aku ucapkan salam dan ku ketok pintunya dengan bermaksud orang di dalamnya mengetahui kalau ada tamu yang menanti di depan rumahnya. "Assalamualaikum" salam ku ucapakan. "Walaikumsalam" terdengar suara lelaki dari dalam rumah yang tak asing lagi bagiku. Beberapa saat kemudian pintu pun dibuka dan alangkah kaget dan senangnya raut wajah yang tampak dari wajah temanku ini yang begitu bersihnya. Begitupun juga dengan aku, sungguh merasa senang sekali melihat sahabatku yang 7 tahun tidak pernah berjumpa setelah kami berdua dinyatakan lulus dari kampus kami mengemban ilmu. Dialah Hasan yang selalu terpancar senyum dari wajahnya. Orang pertama yang aku kenal ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus dulu. Dan sejak itu kami memulai persahabatan kami. Hal yang paling aku suka bersahabat dengannya adalah karena dia adalah seorang yang sangat taat beragama yang tak bosan-bosannya selalu mengajarkan aku ilmu-ilmu baru tentang agama serta mengingatkan aku ketika aku lalai. Sejak dia lulus SMA dia sudah menghafal 20 juz Al Quran dan pada tahun kedua kuliah dia menghatamkan hafalannya hingga 30 juz. Berbeda dengan aku saat itu 1 juz 30 sekalipun aku tidak menghafalnya. Alhamdulillah berkat dukungan dan bimbingannya kini aku sudah bisa menghafal 30 juz sperti dirinya.
"Subhanalloh, sahabatku wahai Firman, sibuk apa kamu sekarang? Sudah lama kita tidak saling memberi kabar sejak kamu melanjutkan studi kamu ke Mesir disana.", tanya hasan dengan antusiasnya.
"Alhamdulillah saya sekarang menjadi dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya, setelah selesai studi saya langsung kembali ke kota kelahiran saya dan menularkan ilmu yang saya dapat ke para penerus pejuang agama ALLOH."
"Alhamdulillah sungguh mulia usahamu, semoga selalu dalam pertolongan ALLOH"
"Aamiin", jawabku.
"Astaghfirulloh, aku lupa menyilahkan kamu masuk dan duduk.", saking senangnya melepas rasa rindu seorang sahabat yang sudah lama tak bertemu membuat Hasan lupa untuk mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya.
"Ayo silahkan duduk!", Hasan pun mempersilhakan aku duduk di sebuah ruang tamu yang sederhana berhiaskan pigura dengan kaligrafi ayat Kursi di dindingnya.
"Ya seperti inilah rumah seorang ustadz di kampung." Sejak dahulu Hasan tidak pernah berubah, selalu tampil dengan sederhana tak pernah menunjukkan sesuatu yang materi yang membuat orang lain iri. Padahal belakangan aku tahu bahwa Hasan ini adalah anak seorang Kyai pemilik pesantren besar yang cukup ternama di kota asalnya. Namun begitulah Hasan selalu tampil apa adanya. Mungkin yang membuat orang lain iri dan termasuk aku juga adalah kemurahan senyumnya, ilmu agamanya, serta kepeduliannya terhadap orang lain yang tak pernah kutemui di dalam diri selain Hasan.
"Ummi, tolong buatkan minum untuk tamu abi!", suruh Hasan terhadap seorang perempuan yang ada di dalam rumah.
"Iya abi." terdengar suara balasan yang begitu indah dari dalam rumah.
Sambil menunggu minum yang disuguhkan kami pun saling mengobrol mengingat masa lalu serta menceritakan kehidupan kami masing-masing saat ini. Dari obrolan ini pun aku tahu bahwa saat ini Hasan adalah pemilik sekaligus pengajar madrasah yang ada di kampun ini. Dan yang membuat aku sekali lagi bangga dan iri dengannya adalah setiap santri yang mengeyam pendidikan di madrasah yang dia dirikan tidak dipungut biaya sepeserpun.
“Ini abi”, datang seorang perempuan