Hari ini saya membaca koran yang tidak bisa saya sebutkan koran apa itu, yang sedang mengulas informasi seputar “cowok melankolis“. Dalam awal pembahasannya, saya lihat penulis dari koran itu sepertinya memahami apa yang dimaksud dengan Sanguis, Melakolis, Koleris dan Plagmatis. Dan dalam penjelasan seputar keempat sifat tersebut, sudah sangat cocok dengan apa yang saya pahami sekarang ini. Namun saya menjadi terkejut setelah membaca tulisan-tulisan selanjutnya perihal komentar dari para korespondensi yang mengomentari karakter cowok melankolis.
Komentar-komentar tersebut menurut saya sama sekali tidak pas dengan istilah COWOK MELANKOLIS. Anehnya, masih juga dipublikasikan oleh pihak koran. Saya jadi curiga, apakah mereka [editor koran tersebut] memahami arti dari melankolis ataukah tidak? Mempublikasikan komentar yang tidak sesuai dengan tema bukankah akan meyebabkan istilah “melankolis” menjadi rancu?
Dari tulisan yang saya baca, isi cerita dari koran tersebut dominan ke arah merendahkan sifat “melankolis”, menceritakan kekurangannya tanpa memberitahukan kebaikan dan kelebihannya. Bahkan salah satu korespondensi bertutur, “Melankolis, Gak Bangeet..!“, dengan kata-kata seolah dia memahami apa itu arti melankolis, padahal ilmunya seputar “melankolis” NOL BESAR.
Kemudian mereka para korespondensi juga berkata bahwa cowok melankolis identik dengan: pemimpi, jadul, lemah jiwanya, lembek, cengeng, sifatnya kayak cewe dan yang lebih extreem lagi ada yang bilang metroseksual [hei para cowo melankolis, setuju tidak dengan pendapat tersebut?]. Padahal sebenarnya itu bukanlah istilah dari cowo melankolis. Kalau cowo melow sih mungkin iya, namun dalam tanda kutip, “supeeer melow and extreem melow“.
Bukannya saya sok tahu, namun kecewa saja dengan ulasan yang ada dihalaman koran tersebut. Karena tulisan tersebut sangat merendahkan kepribadian melankolis. Mereka yang dangkal ilmunya diwawancarai dan hasil wawancara begitu mudahnya dipublikasikan tanpa adanya proses editing. Namun anehnya, mereka sama sekali tidak mewawancarai cowo yang memiliki sifat melankolis, bukankah tema utama dari koran tersebut adalah cowok melankolis? Apakah saat ini kita berada di zaman dimana “artis lebih dipercaya ketimbang para ilmuwan“? Enggak khan..
Dulu, pertama kali saya mengenal kata melankolis, saya juga mengira bahwa “melankolis” adalah “melow“. Namun kenyataannya itu sama sekali tidaklah benar. Melankolis adalah sebuah “kata yang bertajuk sebagai sifat” dimana bisa digabungkan dengan kata sifat, contoh “sifat cowo itu melankolis“. Sedangkan melow adalah “kata yang bertajuk sebagai kata kerja” dan sama sekali tidak dapat disatukan dengan kata sifat, contoh : “sifat cowo itu melow“, gak nyambung coy. Kata melow justru lebih cocok jika digabungkan dengan kata-kata yang berkonotasi pekerjaan, contoh : “dikit-dikit melow, dikit-dikit melow, ada film sedih melow, wah.. gak keren lu. Lupain masa lalu dunk, hiduplah dengan harapan baru“. Gimana, pas khan?
Lantas bagaimana cara memahami dengan benar pengertian melankolis? Wah, kalau membahas seputar itu nantinya tulisan saya ini akan menjadi super puanjang, alangkah baiknya jika saya berikan tautan artikel. Dan supaya lebih mudahnya memahami, baca artikel berikut :