08 April 2011

MAMAN, SUKSES KARENA BERAMAL

Pagi itu, udara dingin masih berhembus menusuk hingga terasa ditulang. Matahari belum muncul menyapa Kota Surabaya. Masih terlihat kabut pagi di lahan kosong yang biasanya menjadi tempat bermain sepak bola bagi anak-anak kampung jika sore hari tiba. Belum banyak terlihat aktivitas yang terlihat di kampung yang sebagian besar pemilik rumah menjadikannya sebagai tempat kos-kosan. Hanya terlihat beberapa ibu-ibu yang menyiapkan jualannya untuk di bawa ke pasar. Sedangkan sebagian besar yang lain masih terlelap berbaring di tempat tidurnya masing-masing.
Berbeda dengan sebuah kamar kos kecil yang ukurannya tidak lebih dari 2x3 meter. Terlihat seorang pemuda yang telah rapi untuk melakukan aktivitas tak mau kalah dengan ibu-ibu yang akan pergi ke pasar. Dialah Rahmad Sulaiman atau yang lebih sering dipanggil Maman yang setelah sholat subuh dan mengaji beberapa lembar Al Quran langsung mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas. Pagi itu menunjukkan pukul 04.30 dia sudah siap dengan membawa tas berisi diktat-diktat dan catatan kuliah serta sepeda tua yang biasa dia pakai. Bukan untuk berangkat kuliah Maman berangkat sepagi itu. Tapi setiap pagi sebelum kuliah dia bekerja sebagai loper koran yang mengantarkan koran ke tiap-tiap rumah pelanggan dan setelah menyelesaikan tugasnya dia langsung berangkat ke kampus.
“Bismillahirrohmanirrohim.”, ucap Maman sebelem mengayuh sepedenya untuk berangkat ke agen koran tempat dia bekerja.
Tidak sampai lima menit dari tempat kosnya, Maman sudah berada di agen koran tempat dia bekerja.
“Assalamualaikum, Mas Ali”, salam serta sapa Maman kepada Mas Ali pemilik agen koran tersebut.
“Waalaikumsalam”. Jawab Mas Ali.
“Wah, hari ini kamu datangnya lebih awal daripada kemarin.”, ujar Mas Ali.
“Ya haruslah. Mas. Setiap hari kita harus berusaha lebih baik dari hari kemarin agar tidak menjadi golongan orang yang merugi.”, jawab Maman.
“Klo saya punya pegawai seperti kamu dijamin makin laris jualan koran saya karena pelanggan puas dengan kinerja kamu.”, puji Mas Ali kepada Maman.
“Mas Ali ini bisa aj deh. Rejeki setiap orang telah Alloh tentukan dengan pas, tidak akan pernah lebih atau kurang sedikit pun.”, kilah Maman.
“Oia, mana Mas jatah koran saya hari ini?”
“Nih udah saya siapkan, trus ada satu tambahan pelanggan lagi di Jalan Mulyosari No. 36”, jelas Mas Ali.
“Oke sip mas.”
“Siap dilaksanakan.”
Maman pun menaruh tumpukan koran yang akan dia antar ke setiap pelanggan di atas stang sepedanya dan langsung bersiap-siap untuk mengantarnkannya.
“Saya berangkat ya, Mas.”
“Wassalamualaikum”, salam Maman.
“Waalaikumsalam.”, jawab Mas Ali.
Sepeda tua itupun dikayuh oleh Maman dan mulai menghilang dari pandangan Mas Ali. Setiap hari, Maman harus mengantarkan 21 koran ke setiap pelanggan Mas Ali. Satu persatu  dia antarkan koran itu. Ketika pelanggan koran itu ada di depan rumah, tidak segan-segan Maman untuk menyapanya. Kurang lebih satu jam sejak dia berangkat, koran terakhir telah dia antarkan ke pelanggan. Kini, Maman telah menyelesaikan tugasnya dan langsung berangkat ke kampusnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Seperti biasa, karena memang masih pukul 6.30 dan jadwal kuliah hari ini mulai pukul 08.00, Maman selalu mampir ke Masjid Manarul Ilmi ITS
baik untuk membaca beberapa lembar mushaf, sholat dhuha ataupun membaca buku-buku yang berkaitan dengan kota karena Maman saat ini kuliah di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota dan sudah memasuki semester keenam.
Hari ini kuliahnya berakhir pada pukul 10.30 karena hari ini adalah hari jumat. Setelah kuliah, Maman langsung kembali ke kosnya untuk mandi dan bersiap-siap untuk sholat jumat. Sebelum masuk waktu dzhur, Maman selalu sudah berada di masjid sambil menunggu saatnya khotib naik mimbar.
Ketika waktu dzuhur sudah masuk dan adzan telah dikumandangkan khotib pun langsung naik ke atas mimbar dan langsung berkhutbah.
“Para jemaah sidang jumat yang dimuliakan oleh Alloh, petama-tama saya mengingatkan dan mengajak baik untuk diri saya sendiri pada khususnya maupun kepada seluruh jemaah sidang jumat untuk selalu bertakwa kepada Alloh. Yaitu sebenar-benarnya takwa, menjauhi segala apa yang dilarang oleh Alloh dan menjalankan segala yang diperintahkan oleh Alloh”, begitulah pesan pertama yang disampaikan oleh khotib dalam khutbahnya.
Khutbah kali ini berisi tentang kebaikan beramal. Maman mendengarkan dengan seksama apa yang disampikan oleh khotib. Di sebelah Maman duduk seorang pria dengan pakaian rapi menggunakan jas layaknya seorang direktur perusahaan.
“Beramallah kalian agar nikmat Alloh tersebar ke sluruh umat manusia. Dan janganlah berharap apapun selain ridho Alloh.”, dengan pasti khotib itu menyampaikan khutbahnya untuk mengajak tiap jemaah sholat jumat beramal karena Alloh.
“Setiap hari aku sudah banyak menyumbang diberbagai yayaan.”, ucap dalam hati pria yang duduk di sebelah Maman.
“Paling-paling orang disini hanya memasukkan uang seribu rupiah ke dalam kotak amal yang sedang dijalankan itu, paling banyak ya lima ribu rupiah lah.”, tambahnya sambil merendahkan jemaah jumat yang lain.
Ketika kotak amal sudah sampai di depan pria itu dengan sombongnya dia mengambil 2 lembar uang Rp. 20.000,00 dan tanpa berusaha menutupinya agar tidak dilihat orang lain.
“Tidak mungkin ada yang bisa melebihi apa yang aku lakukan barusan.”, ujarnya dalam hati dengan sombong.
Setelah itu pria tadi memindahkan kotak amal itu kedepan Maman. Tak lama kemudian dengan hati-hati agar tidak terlihat orang lain dia mengambil uang yang telah dia lipat dari dalam sakunya dan memasukanya ke dalam kotak amal.
“Hah?Tidak mungkin aku salah lihat.”, gumam pria ini setelah sempat uang yang Maman masukkan.
“Aku yakin barusan adalah lembaran uang Rp. 50.000,00.”, tambahnya heran.
“Siapa sebenarnya anak ini?”, tanyanya dalam hati sambil melirik k arah Maman.
Setelah sholat jumat usai, pria tadi masih penasaran dengan sosok Maman. Karena dia melihat Maman adalah seorang pemuda yang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sangat susah apalagi dia bisa beramal sebesar Rp. 50.000,00.
“Aku harus mengikuti dan mencari tahu siapa sebenarnya anak ini.”, ujar pria itu.
Maman pun dengan diam-diam diikuti oleh pria itu dan alangkah bertambah kagetnya ketika dia tahu bahwa Maman adalah seorang mahasiswa yang tinggal di tempat kos yang sangat tidak layak untuk ditinggali. Akhirnya pria itu bahwa pemuda itu bernama Maman. Untuk menggali informasi lebih banyak tentang Maman dia menugaskan anak buahnya untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Maman.
Selama enam hari anak buahnya mencari informasi tentang Maman akhirnya dia tahu kalau Maman adalah seorang mahasiswa semester 6 di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Serta dia juga tahu hal-hal yang dilakukan oleh Maman setiap harinya termasuk menjadi loper koran setiap pagi sebelum kuliah. Setiap malam Maman juga menjadi guru ngaji bagi anak-anak kampung tempat kosnya tinggal. Dan kadang-kadang Maman juga memberikan hadiah-hadiah untuk anak-anak tersebut.
Pria tadi semakin tergugah hatinya. Dia merasa malu dengan dirinya sendiri. Dia merasa dirinya adalah orang paling miskin di dunia.
“Siapa aku ini?”, tanyanya.
“Walaupun aku bergelimang harta dari perusahaan-perusahaan yang aku miliki, aku merasa tidak ada apa-apanya dengan pemuda bernama Maman itu.”, air matanya mulai menetes membahasi pipinya.
“Aku kering akan ilmu ikhlas. Aku memberi hanya untuk dikenal kolega-kolegaku. Tapi tidak dengan Maman, dia tidak peduli dengan dirinya yang menurut aku sangat kekurangan tapi dia bisa hidup dengan senang karena dia membantu orang-orang.”, ujarnya dalam hati.
Hari jumat pun telah datang kembali. Kini pria itu punya suatu rencana besar. Dengan sengaja dia duduk di sebelah Maman dan semakin kaget ketika kotak amal berada di depan Maman dan dengan yakin dia memastikan bahwa uang yang dimasukkan oleh Maman adalah uang lembaran Rp. 100.000,00.
“Ya Alloh, ampunilah hambamu ini yang miskin akan ilmu ikhlas.”, ujar pria itu dengan berlinang air mata.
Sholat jumat pun telah usai. Ketika Maman akan keluar, pria itu memanggilnya.
“Maman, tunggu sebentar!”, ujar pria itu.
Maman pun merasa kaget, bagaimana pria asing ini bisa tahu namanya.
“Iya?”, jawab Maman dengan heran.
“Kenalkan saya Adi Santoso Putra.”, pria itu mengenalkan diri sambil menjulurkan tangannya ke Maman untuk bersalaman.
“Kamu bisa memanggil saya Pak Adi.”, tambahnya.
“Iya Pak Adi.”, jawab Maman.
“Bagaiaman Pak Adi tahu nama saya?” tanya Maman dengan heran.
“Sebelumnya maaf jika membuat kamu tersinggung. Selama 1 minggu ini saya mencari tahu informasi tentang kamu. Hal ini dikarenakan kamu adalah orang yang berbeda dan sangat kaya bagi saya.”
“Maksud bapak?”, tanya Maman semakin heran.
“Saya sempat melihat nominal yang kamu masukkan di kotak amal pada sholat jumat minggu lalu dan itu membuat hati saya tergugah.”
“Oleh karena itu saya mencari tahu tentang kamu dan saya yakin kamu adalah orang paling kaya. Kaya akan keikhlasan.”
“Maukah kamu mengajarkan saya ilmu ikhlas itu?”
“Tapi pak...”, jawab Maman agak ragu.
“Tenang, kamu tidak usah mengajarkan saya dengan formal. Tapi cukup dengan menemani saya di perusahaan saya sebagai Manajer Analisis Properti. Saya yakin kamu mahir tentang analisis sesuai dengan bidang ilmu yang kamu tekuni saat ini.”
Tubuh Maman agak lunglai mendengar penawaran Pak Adi. Terasa sangat lemah untuk menggerakkan bibirnya. Setelah dikuatkan dan diberi motivasi oleh Pak Adi akhirnya Maman menerima tawaran tersebut dengan penuh rasa syukur.
“Alhamdulillah. Terimakasih Ya Alloh, Engkau mendatangkan rejeki bagi umatMU dari segala penjuru yang tak pernah didiuga.”
Kini Maman mimiliki materi yang sangat cukup untuk dirinya. Namun dia tetap seperti yang dulu. Tetap ikhlas dalam melakukan sesuatu. Dan Pak Ardi pun kini perusahaannya semakin maju dan mulai merintis perusahan baru yang sesuai Syariah Islam bersama Maman. SEKIAN. (sby.25032011.23.57)

2 comments:

  1. Subhanallah sekali orang seperti Maman.
    Ngomong-ngomong kalo di PWK sosok Maman itu mirip siapa yaa? Hehe | Yah itu sih gak penting. Yang terpenting adalah kita bisa menjadikan sosok Maman sebagai teladan.
    Semoga kita bisa meneladani dan mempraktikkan sifat ikhlas seperti pada kisah di atas dalam kehidupan sehari-hari. Amin :)

    ReplyDelete
  2. eh,,baru tau klo ada yg komeng.. :D
    ini cerpen sejam jadi..hha..
    dulu pas mau diikutin yg lomba cerpen itu,,tp gjd gara2 alamat imel yg dikasihkn salah..hmm.. #curcol :D

    ReplyDelete